TRENSEHAT.ID – Mungkin banyak di antara kita yang mengalami sakit migrain dan kerap kambuh.
Tentu saja kondisi sakit migrain sangat tak mengenakkan, karena membuat kegiatan kita langsung terhenti.
Seperti kita tahu, sakit migrain adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan serangan sakit kepala berulang yang intens.
Sering disertai gejala lain seperti mual, muntah, serta sensitivitas terhadap cahaya dan suara.
Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari dan sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya.
Sakit migrain biasanya dimulai dengan nyeri berdenyut di satu sisi kepala, meskipun bisa juga terjadi di kedua sisi.
Gejala lainnya meliputi:
- Mual dan muntah
- Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)
- Sensitivitas terhadap suara (fonofobia)
- Penglihatan kabur atau aura, yaitu gangguan visual seperti kilatan cahaya atau bintik-bintik buta
Aura sering muncul sebelum serangan migrain terjadi, dan bisa berlangsung antara 20 hingga 60 menit.
Tidak semua penderita migrain mengalami aura; kondisi ini lebih umum pada migrain klasik dibandingkan migrain tanpa aura.
Penyebab pasti sakit migrain belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga melibatkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Perubahan dalam batang otak dan interaksinya dengan saraf trigeminal, jalur nyeri utama, mungkin berperan dalam migrain.
Ketidakseimbangan kimia otak, termasuk serotonin yang membantu mengatur rasa sakit, juga turut berkontribusi.
Beberapa faktor risiko migrain meliputi:
- Riwayat keluarga: Memiliki anggota keluarga dengan migrain meningkatkan risiko Anda.
- Usia: Migrain paling umum terjadi pada usia 30-an, tetapi bisa dimulai pada usia berapa pun.
- Jenis kelamin: Wanita tiga kali lebih mungkin mengalami migrain dibandingkan pria, yang mungkin terkait dengan perubahan hormon.
- Perubahan hormonal: Fluktuasi hormon estrogen, seperti sebelum atau selama menstruasi, kehamilan, dan menopause, dapat memicu migrain pada wanita.
Mengelola sakit migrain melibatkan kombinasi perawatan medis dan perubahan gaya hidup.
Pengobatan dapat dibagi menjadi dua kategori: pengobatan abortif (untuk menghentikan serangan yang sedang berlangsung) dan pengobatan preventif (untuk mengurangi frekuensi dan keparahan serangan).
Dr. David Dodick, seorang ahli neurologi dari Mayo Clinic, menyarankan, “Strategi pengelolaan migrain yang efektif sering kali mencakup identifikasi dan penghindaran pemicu, penggunaan obat sesuai anjuran dokter, serta penerapan gaya hidup sehat.”
Beberapa pemicu umum meliputi stres, makanan tertentu (seperti cokelat, anggur merah, dan makanan olahan), pola tidur yang tidak teratur, dan perubahan cuaca.
Selain obat-obatan, teknik relaksasi, biofeedback, dan terapi kognitif dapat membantu mengurangi frekuensi dan intensitas migrain.
Olahraga teratur, tidur yang cukup, dan pola makan seimbang juga penting dalam pencegahan sakit migrain. Tetap jaga kesehata ya. (*)