TRENSEHAT.ID – Pekerjaan yang menumpuk atau keasyikan cek media sosial kadang membuat kita jadi kurang waktu tidur di malam hari.
Biasanya, saat waktu tidur malam berkurang, kita menebusnya dengan tidur siang.
Kita merasa tidur siang bisa gantikan tidur malam yang kurang, sehingga energi kita bisa segera pulih dan mendapatkan kembali manfaat kesehatan saat tidur malam.
Tapi apa iya tidur siang bisa gantikan tidur malam yang kurang? Ternyata enggak sepenuhnya benar.
Seperti dikutip dari Straitstimes, Dr. Rebecca Spencer, peneliti yang mendalami ilmu tentang tidur dari Universitas Massachusetts Amherst, Amerika Serikat, menyebut tidur siang tak serta merta bisa menggantikan tidur malam.
Dr. Spencer menyebut tidur siang bukan berarti menghilangkan risiko kesehatan yang mungkin timbul karena tidur malam yang kurang.
Menurut data survei Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada tahun 2020, lebih dari sepertiga orang dewasa di Amerika Serikat tidak bisa tidur tujuh jam atau lebih seperti yang direkomendasikan setiap malam.
Padahal kurang tidur, kata para ahli, dikaitkan dengan serangkaian peningkatan risiko kesehatan, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung koroner, stroke, dan tekanan mental.
Tidak hanya lamanya waktu tidur yang penting bagi kesehatan, kata Dr. Spencer, namun juga kualitas tidur, yang ditentukan oleh berapa banyak waktu yang kita habiskan dalam berbagai tahapannya.
Ketika seseorang tidur sepanjang malam, seseorang melewati beberapa siklus tidur sekitar 90 menit.
Masing-masing terdiri dari empat tahap. Dua yang pertama dianggap tidur ringan, di mana otot-otot kita akan rileks, suhu tubuh turun, dan detak jantung serta pernapasan melambat saat kita tertidur.
Tahap ketiga, yang dikenal sebagai tidur nyenyak, adalah saat mata dan otot kita rileks sepenuhnya dan tubuh melakukan pekerjaan penting untuk memperbaiki dan membangun tulang, otot, dan jaringan lain.
Selain itu juga memperkuat sistem kekebalan tubuh, serta mengkonsolidasikan dan memproses ingatan.
Gerakan mata cepat (REM) adalah tahap terakhir dari siklus tidur.
Ini memang tidak sedalam tahap ketiga, tapi inilah saat kita paling mungkin bermimpi dan dianggap terkait dengan pembelajaran, penyimpanan kenangan, dan pengaturan suasana hati.
Memang, mengalami kurang tidur setiap malam adalah hal yang normal, kata Dr. Molly Atwood, psikolog klinis dan peneliti pengobatan tidur perilaku di The Johns Hopkins School of Medicine.
Namun jika kita tidak secara konsisten melewati semua tahapan tidur tadi setiap malam, katanya, hal itu dapat menyebabkan berbagai kondisi kesehatan.
Dan tidur siang tidak dapat mengimbangi hal tersebut, kata Dr. Spencer.
Meskipun tidur beberapa jam di malam hari dan tidur siang di siang hari mungkin berjumlah total enam jam atau lebih, katanya, manfaat kesehatannya tidak sama.
Tidur siang singkat kurang dari 90 menit biasanya hanya mencakup fase tidur ringan, tambahnya, bukan tidur nyenyak dan memulihkan yang biasanya kita alami sepanjang malam.
Meskipun tidur siang lebih dari 90 menit mungkin memberikan manfaat bagi tidur nyenyak, tidur siang tersebut lebih mungkin membuat kita merasa pening dan kurang tajam dibandingkan tidur siang singkat.
Beberapa bukti terbatas, misalnya, menemukan bahwa mereka yang terbangun dari fase terdalam siklus tidur lebih mungkin membuat kesalahan dalam soal matematika, dibandingkan mereka yang terbangun dari tidur REM.
Itulah fakta yang menjawab apakah tidur siang bisa gantikan tidur malam yang kurang. (*)