TRENSEHAT.ID – Dalam kesempatan Do’a Bersama Demi Kesehatan Bangsa, Ketua Umum PB. Ikatan Dokter Indonesia (IDI), DR. Dr. Moh. Adib Khumaidi, Sp.OT menyampaikan beberapa hal. Pesan penting yang perlu diperhatikan seluruh anggota IDI maupun stakeholder kesehatan itu seputar ikhtiar sebuah proses konstitusi.
Menurut Adib, Perlu langkah yang istiqomah (konsisten) dan i’tishom (komitmen) dalam ikhtiar ini. Karena salah satu tujuan berorganisasi adalah menyatukan langkah mencapai tujuan bersama.
Kata Adib, setiap orang tentu memiliki kepentingan dan harapan. Dengan harapan inilah seorang dapat melanjutkan sebuah kehidupan. Terutama dalam menjalankan pengabdian profesinya.
Adib menyebut semua orang dapat dipastikan tidak akan mampu memenuhi setiap kebutuhannya secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Inilah keterbatasan manusia, yang kemudian menjadi tali pengikat kesejawatan.
Adib berpendapat, saat ini tenaga kesehatan seperti kehilangan nilai kesejawatannya. Utamanya saat dihadapkan pada upaya disintegrasi dan devide at impera. Upaya yang melahirkan kerugian pribadi tenaga kesehatan, juga kerugian yang berdampak pada layanan masyarakat.
Pada kesempatan Do’a Bersama ini, menurut Adib, patut dijadikan momen penting. Momen untuk semakin menguatkan rasa keimanan kita sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
“Kita dilahirkan sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai nilai, di antara nilai kesejawatan. Tentunya kita diikat dengan sebuah ikatan yang kuat dan tidak mudah lepas,” papar Adib.
Adib melanjutkan, “Maka, pengikat yang benar-benar kuat dibangun di atas dua landasan konsep. Yaitu konsep i’tishom dan konsep sahabat atau ke jawatan.”
Landasan i’tishom adalah sebuah ikatan yang kuat dalam menjalin hubungan antar anggota dalam organisasi. Ikatan perspektif profesional dibangun atas hubungan ikatan keimanan kita, yakni ikatan iman dan keyakinan yang mengikat hati pikiran perasaan dan tindakan.
Adib berharap doa yang dipanjatkan bukan hanya menyentuh perjuangan konstitusi yang saat ini sedang lakukan. Lebih dari itu, doa bersama juga dijadikan tali pengikat yang kuat dan menjadi modal utama perjuangan.
Menurut Adib, hal ini dianggap menjadi bagian penting. Karena seseorang yang telah diikat dengan ikatan keimanan maka keberadaan mereka telah menjadi bagian dari keseluruhan.
“Sakit seorang sejawat akan dirasakan juga oleh yang lain. Sakitnya teman-teman dokter akan dirasakan juga oleh teman-teman perawat, bidan, dokter gigi, apoteker, dan lainnya,” jelas Adib.
Adib menyebut saat menghadapi globalisasi dan tantangan liberalisasi, modal Ini juga tetap harus dijaga.
Organisasi profesi harus mampu memperlakukan manusia ibarat satu tubuh dan satu bangunan. Interaksi dan komunikasi dilakukan untuk saling menguatkan, bukan saling menghancurkan. Itulah inti sebuah organisasi profesi.
Adib juga mengingatkan kembali bahwa organisasi profesi adalah anak kandung Ibu Pertiwi. Organisasi profesi yang selama ini sudah eksis membantu negara di dalam pembangunan Kesehatan. Oleh karenanya, sebuah perbedaan jangan dijadikan alasan untuk meninggalkan keutuhan organisasi.
Lewat tinjauan lain, Ketua Umum PB. IDI ini juga mengatakan bahwa sejarah telah membuktikan bahwa selama ini tenaga kesehatan adalah bagian dari pembangunan kesehatan bangsa. Organisasi profesinya menjadi mitra strategis dari pemerintah.
Diakui, saat ini memang para punggawa kesehatan sedang berada di sebuah dinamika yang luar biasa. Dinamika dalam sebuah diskursus terkait dengan rancangan undang-undang kesehatan. “Organisasi profesi, khususnya Ikatan Dokter Indonesia agar menjadikan ini sebagai momentum untuk berbenah diri. Memperbaiki apa yang tidak tepat yang belum baik,” ajaknya.
“Kita adalah dokter rakyat. Terlahir dari para pendahulu yang berjuang bersama rakyat untuk kemerdekaan bangsa. Sampai kapanpun, komitmen itu tidak akan pernah berubah. Kita terus berdoa semoga Allah Subhanahu ta’ala Tuhan Yang Maha Kuasa akan senantiasa menjaga kita dan seluruh rakyat Indonesia dari segala marabahaya. Kita berdoa untuk kesehatan rakyat dan komitmen bangsa di dalam kesehatan,” pungkas Adib jelas. (*)