TRENSEHAT.ID – Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) memang jadi sorotan jelang Pemilu 2024.
Berbagai pihak berupaya agar kejadian Pemilu 2019 saat ratusan petugas KPPS meninggal dunia tak terulang lagi.
Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) juga ikut ambil bagian dalam upaya tersebut.
Pada Webinar Trensehat Monthly Talk yang diselenggarakan Sabtu (27/1), Dr. Wishnu Pramudito Sp.B, Ketua PDEI, mendorong langkah-langkah preventif agar kesehatan dan keselamatan petugas KPPS terjaga saat Pemilu 2024.
“Kenapa bisa mengalami kematian? Penyebabnya apa? Kita menduga karena burn-out. Ibaratnya kalau mesin kita paksa dengan kemampuan maksimal, karena kepanasan, ya akhirnya berhenti,” kata Dr. Wishnu Pramudito Sp.B, Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI).
Dr. Wishnu bercerita tentang kerabatnya yang jadi petugas KPPS, yang sejak subuh sudah berkegiatan hingga tengah malam.
Selain itu, menurut data KPU, jumlah korban jiwa terbesar Pemilu 2019 adalah petugas KPPS yang usianya 40-59 tahun.
“Kenapa mereka riskan? Ini berhubungan dengan sistem pembuluh darah. Saat tubuh bekerja terlalu panas, kurang minum, kurang istirahat, sehingga pembuluh darah menyempit dan menyebabkan gangguan kardiovaskular,” kata Dr. Wishnu.
Nah, untuk mencegah hal itu berulang, PDEI menyarankan edukasi langkah emergensi untuk petugas KPPS, di antaranya dengan mengajarkan Basic Life Support (BLS).
Pengetahuan BLS untuk petugas KPPS maupun orang lain yang terlibat di lokasi sangat penting, agar bisa dilakukan tindakan darurat untuk menjaga kesehatan dan keselamatan petugas.
“Dilakukan untuk menangani henti jantung dan henti napas oleh orang awam terlatih, tanpa menggunakan obat atau peralatan medis khusus,” kata Wishnu.
Tindakan emergensi BLS yang harus dilakukan saat terjadi ancaman kesehatan dan keselamatan petugas KPPS di antaranya memastikan keamanan korban.
Lalu cek respons atau kesadaran korban, minta tolong petugas kesehatan atau menelepon ambulans, cek napas dan nadi (maksimum 10 detik), serta melakukan CPR berkualitas.
CPR adalah Cardiopulmonary Resuscitation atau Resusitasi Jantung Paru (RJP), yaitu pertolongan medis untuk mengembalikan henti jantung sehingga korban bisa kembali bernapas dan sirkulasi darah normal.
Dr. Wishnu kemudian membagikan cara melakukan CPR berkualias, yaitu:
- Menekan di pertengahan tulang dada (nipple line)
- Tekan dalam (5 cm)
- Tekan cepat (100-120 kali per menit)
- Rekoil atau hentakan yang sempurna
- Minimal interupsion saat melakukan CPR
- Bergantian setiap dua menit
- Gunakan alat bantu metronome, yang bisa diakses dari ponsel pintar.
Itulah salah satu langkah emergensi jika terjadi ancaman kesehatan dan keselamatan petugas KPPS saat bertugas dalam Pemilu 2024.
“PDEI terbuka untuk memberikan edukasi kepada petugas KPPS mengenai BLS ini,” tambah Dr. Wishnu. (*)