TRENSEHAT.ID – DR. dr. Mohammad Adib Khumaidi, Sp.OT., Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia menegaskan bahwa kehadiran para dokter Indonesia adalah untuk melayani rakyat Indonesia. Hal ini disampaikan dalam orasi ilmiah HBDI di Kalimantan Selatan, 20 Mei 2023.
Dokter yang dikenal selalu terjun ke daerah bencana ini memulai orasinya dengan mengingatkan akan fakta sejarah di mana pembentukan pondasi negara Indonesia adalah sebuah gagasan besar dari para emansipator bangsa, muncul atas kondisi bangsa yang sedang “sakit” saat itu dengan berbagai krisis dan permasalahan.
Gagasan dan semangat besar ini kemudian jadi embrio dan katalisator kesadaran berbangsa.
Gagasan itu melahirkan Boedi Oetomo, sebuah perkumpulan yang didirikan oleh mahasiswa kedokteran STOVIA. Mereka adalah Soetomo, Suraji Tirtonegoro, Gunawan Mangunkusumo, Muh Saleh, dan kawan-kawannya yang dimotivasi oleh perjuangan Dr. Wahidin Soedirohoesodo.
Menurut pria kelahiran Lamongan ini, peran dan keberadaan para dokter pada perjuangan bangsa saat itu tidak terlepas dari watak yang dibentuk melalui proses pendidikan kedokteran, disertai sumpah serta etika yang harus dipatuhinya sebagai seorang dokter nasionalis.
Dedikasi dan komitmen para dokter Indonesia telah terbukti dan teruji selama masa Pandemi Covid-19, di mana tenaga kesehatan (nakes) Indonesia merupakan garda terdepan dalam perang melawan pandemi yang sangat menakutkan ini
“Saat semua orang takut dan bersembunyi di rumah, di saat alat pelindung diri (APD) masih belum tersedia, para tenaga kesehatan terus dan tetap berusaha menyelamatkan setiap nyawa anak bangsa,” kata dr. Adib.
“Tiga tahun lebih perjuangan tanpa lelah (dan kadang tanpa APD yang memadai) menyebabkan ribuan tenaga kesehatan gugur. Tercatat, 2.087 tenaga kesehatan gugur termasuk 756 dokter terbaik meninggal karena Covid-19. Angka ini tertinggi se-Asia dan peringkat ketiga sedunia,” tambahnya lagi.
Dokter yang baru saja menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Hasanuddin ini juga mengungkapkan kekecewaannya pada RUU Kesehatan Omnibus Law yang tengah menjadi kontroversi.
“Setelah pandemi selesai, setelah nakes tidak dianggap pahlawan lagi, kenyataanya saat ini tenaga kesehatan dan organisasi profesinya diobrak-abrik pemerintah lewat RUU Kesehatan. Regulasi yang sedang disusun ini akan mengambil alih semua peran mulia organisasi profesi kesehatan dan memberikan potensi multibar, dan juga menafikan kepentingan pengawasan etika profesi,” kata dr. Adib.
“Ini adalah sebuah tindakan yang sangat ceroboh dan membahayakan rakyat Indonesia, karena rakyat Indonesia akan mendapatkan layanan kesehatan sub-optimal tanpa kompetensi dan integritas yang akan membahayakan keselamatan rakyat Indonesia,” tambahnya dengan nada tinggi.
Ketua Bidang Kesehatan Majelis Ulama Indonesia ini kemudian memungkasi orasinya dengan optimis.
“Tapi kita yakin, rakyat Indonesia akan tetap cinta kepada dokter Indonesia. Kita yakin bahwa rakyat Indonesia bangga dilayani oleh dokter Indonesia. Hal ini adalah modal kita semua dalam perjuangan menghadapi tantangan global, tantangan liberalisasi kesehatan, maupun tantangan menghadapi kekuatan yang ingin memonopoli industri kesehatan di Indonesia,” tukas dr. Adib. (*)