Waduh, Sampah Plastik di Laut Kembali ke Meja Makan dan Kesehatan Terancam? Ternyata Ini Faktanya!

Permasalahan sampah plastik di laut kembali ke meja makan hanya dapat ditanggulangi di daratan, karena setelah berada di perairan luas, hampir tidak mungkin untuk kita dapat mengambilnya kembali.
FOTO: FREEPIK

TRENSEHAT.ID – Terbayang enggak kalau sampah plastik di laut kembali ke meja makan kita?

Tentu bukan cuma jijik, sampah plastik di laut kembali ke meja makan kita jelas tak menyehatkan.

Mungkin banyak yang bertanya, kenapa sampah plastik di laut kembali ke meja makan kita?

Hal ini berkaitan dengan pencemaran sampah plastik di lautan sekitar kita yang masih saja terjadi.

Kebetulan pada 8 Juni 2023 lalu bertepatan dengan Hari Laut Sedunia, sehingga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lautan dari pencemaran.

BACA JUGA  Penelitian Membuktikan, Pasien Kanker Sembuh Tanpa Radiasi? Ini Faktanya!

Melalui email yang dikirimkan pada kami, Coway, perusahaan pemurni air dan udara nomor satu di Korea Selatan, membagikan sebuah penelitian tentang polusi di lautan.

Menurut National Ocean Services, sebuah lembaga penelitian laut asal Amerika Serikat, menyebut bahwa 80 persen polusi di laut berasal dari darat, salah satunya dalam bentuk plastik.

Sementara dalam video dokumenternya, kanal ENDEVR memaparkan bagaimana plastik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari laut.

Namun yang menjadi paradoks, kita hanya dapat menemukan sebagian kecil plastik di laut padahal keberadaannya ada di mana-mana.

Penelusuran ENDEVR berhasil menangkap berbagai fenomena yang terjadi akibat cemaran sampah plastik.

BACA JUGA  Penelitian Ungkap Minum Multivitamin Bisa Tingkatkan Daya Ingat, Ini Fakta Sebenarnya!

Jenna Jambeck, seorang insinyur di bidang pengolahan limbah yang telah melakukan studi selama 3,5 tahun, memperkirakan terdapat 8 juta metrik ton plastik di tahun 2010 masuk ke dalam lautan. Dari 275 juta ton limbah plastik, 32 juta ton di antaranya berakhir di lautan.

Jenna mengatakan, permasalahan sampah hanya dapat ditanggulangi di daratan karena setelah berada di perairan luas, hampir tidak mungkin untuk kita dapat mengambilnya kembali.

Perjalanan melacak keberadaan sampah telah dilakukan oleh periset Francois Galgani, Editor-in-chief of The Scientific Journal Marine Pollution Bulletin (Elsevier).

Ia menemukan sisa-sisa botol plastik dari tahun 1960 di kedalaman laut 1000 meter, 20 km dari pantai mediterania Prancis.

Berdasarkan studi terkini dari Kara Lavender, Research Professor of Oceanography, jumlah puing plastik di laut dapat mencapai 50.000 miliar yang tersebar dari kutub ke antartika melalui daerah tropis.

BACA JUGA  Penelitian Membuktikan Bahan Ini Anti Nyamuk Paling Konsisten, Begini Alasannya

Dua jenis plastik yang paling umum berada di lautan adalah Polyethylene, material kantong plastik serta Polypropylene, bahan pembuat tutup botol, sedotan, dan pembungkus makanan.

Sebagian besar potongan-potongan plastik ini berukuran kurang dari lima milimeter–yang kita kenal sebagai mikroplastik.

Mikroplastik menjadi kekhawatiran besar bagi para peneliti karena ukurannya sangat kecil sehingga memiliki kemampuan tak terbatas untuk masuk dalam lingkungan. Inilah yang membuat mikroplastik dengan mudahnya memasuki rantai makanan.

Pada 2015, ilmuwan mengidentifikasi 560 spesies biota menelan mikroplastik dan angka ini meningkat sebanyak 2 kali lipat dalam 20 tahun.

Chelsea Rochman dari Davis University meneliti bagaimana perilaku plastik ketika berada di air laut.

BACA JUGA  Penelitian Sebut Tidur Siang Tingkatkan Kreativitas, Kok Bisa?

Plastik bersifat seperti magnet yang dapat menarik bahan-bahan kimia lain yang terkandung pada air laut. Hal ini disebabkan plastik sendiri merupakan campuran dari berbagai bahan kimia dari proses manufaktur.

Beberapa jenis plastik bahkan lebih berbahaya ketika memasuki perairan.

Menurut temuannya, 25 persen ikan yang dibeli dari pasar ikan di California dan Indonesia mengandung mikroplastik. Kontaminasi juga didapati pada sepertiga kerang dari kedua tempat.

Jadi enggak heran jika plastik yang dibuang ke laut akan kembali lagi di hadapan kita, di meja makan, dalam bentuk hidangan–terkandung dalam makanan laut yang kita konsumsi.

Itu sebabnya Coway menyadari bahwa perlunya usaha bersama dari semua pihak untuk menjaga kelestarian alam, termasuk laut dan kehidupan di dalamnya.

BACA JUGA  Penelitian Ungkap Jenis Minuman Paling Sehat untuk Penderita Diabetes Tipe 2, Apa Saja?

Sebagai produsen produk peralatan rumah tangga, Coway mengembangkan produk water purifier unggul yang dapat memfasilitasi gaya hidup sehat sekaligus ramah lingkungan.

Dengan beralih ke water purifier Coway dari dispenser galon atau air kemasan, konsumen dapat mengurangi penggunaan sampah plastik yang beresiko mencemari laut.

Dalam upaya melaksanakan bisnis berkelanjutan, Coway mengimplementasikan Product LCA (Life Cycle Assesment), di mana seluruh value chain dari pembelian, produksi, distribusi, hingga penggunaan dan pembuangan telah diatur untuk mengurangi emisi efek gas rumah kaca (GHG).

Berdasarkan Undang-undang tentang Sirkulasi Sumber Daya Peralatan Listrik dan Elektronik tahun 2014, Coway menjalankan sistem pengumpulan dan daur ulang limbah, termasuk perjanjian tentang pengumpulan dan daur ulang sampah plastik.

Recycling Rate Coway juga terus bertumbuh dari tahun ke tahun, bersamaan dengan layanan Heart Service dari Coway Lady (Cody) yang tidak hanya berfokus pada perawatan produk, namun juga pengelolaan limbah.

Namun, semua kembali pada kita untuk tetap menjaga kelestarian alam, yang ujungnya untuk menjaga kesehatan tubuh. Jangan sampai sampah plastik di laut kembali ke meja makan di rumah kita, kan? (*)

Total
0
Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts