TRENSEHAT.ID Masih ada penyakit lama yang belum tuntas: sakit TBC. Meski bisa dicegah dan diobati, jutaan orang masih terinfeksi setiap tahun.
Negara mana saja yang paling terdampak?
Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi ancaman kesehatan global, dengan lebih dari 10 juta kasus baru dan 1,25 juta kematian pada 2023.
Data dari WHO menunjukkan bahwa lima negara menyumbang lebih dari separuh total kasus sakit TBC di dunia.
5 Negara dengan Kasus Sakit TBC Terbanyak
- India
India menempati peringkat pertama dengan 26% dari total kasus sakit TBC global. Faktor seperti kepadatan penduduk, akses layanan kesehatan yang terbatas, dan kemiskinan memperburuk penyebaran penyakit ini. - Indonesia
Sebagai negara dengan beban TBC tertinggi kedua, Indonesia menyumbang sekitar 10% dari kasus global. Upaya nasional seperti program TOSS TBC (Temukan, Obati Sampai Sembuh) terus digalakkan untuk mengatasi masalah ini. - China
Meskipun telah mengalami penurunan kasus selama beberapa dekade, China masih berada di posisi ketiga dengan sekitar 6,8% dari total kasus sakit TBC dunia. - Filipina
Filipina mencatat sekitar 6,8% dari kasus global, menjadikannya negara dengan beban TBC tertinggi keempat. Tantangan seperti urbanisasi cepat dan sistem kesehatan yang terbatas mempengaruhi pengendalian penyakit ini. - Pakistan
Dengan sekitar 6,3% dari total kasus sakit TBC global, Pakistan menghadapi tantangan besar dalam penanggulangan TBC, terutama di kalangan pekerja tambang dan komunitas rentan lainnya.
Kelima negara ini secara kolektif menyumbang lebih dari 56% dari total kasus sakit TBC di dunia. Faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, akses layanan kesehatan yang terbatas, dan determinan sosial lainnya berkontribusi terhadap tingginya angka ini.
Mengapa Sakit TBC Masih Mengancam?
Meskipun pengobatan untuk sakit TBC tersedia dan efektif, beberapa tantangan utama masih menghambat upaya pengendalian:
- Diagnosa Terlambat: Banyak kasus sakit TBC tidak terdeteksi tepat waktu, yang memperburuk penyebaran dan meningkatkan risiko komplikasi.
- TBC Resisten Obat: Sekitar 400.000 orang mengembangkan TBC resisten obat pada 2023, namun hanya sebagian kecil yang menerima pengobatan tepat waktu.
- Dampak Sosial-Ekonomi: Kemiskinan, malnutrisi, dan kondisi kerja yang buruk meningkatkan risiko infeksi dan memperumit proses penyembuhan.
WHO menekankan perlunya investasi dalam deteksi dini, pengobatan yang lebih baik, dan pendekatan berbasis komunitas untuk mengatasi tantangan ini. (*)












