Apa Itu Stroke? Kenali Gejala, Penyebab, dan Risiko Terbesarnya

risiko stroke

TRENSEHAT.ID – Stroke masih menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia.

Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat pertama penyebab kematian berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.

Tak hanya menyerang lansia, kasus stroke kini mulai banyak ditemukan pada usia produktif.

Gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utamanya. Lalu, apa sebenarnya stroke itu?

Bagaimana gejalanya dan siapa saja yang berisiko?

Gejala Stroke Sering Diabaikan, Ini Tanda-Tandanya

Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Akibatnya, sel-sel otak kekurangan oksigen dan bisa mati dalam hitungan menit.

Jika tidak segera ditangani, stroke bisa menyebabkan kerusakan otak permanen, bahkan kematian.

Terdapat dua jenis stroke yang umum terjadi: stroke iskemik (karena penyumbatan) dan stroke hemoragik (karena perdarahan di otak).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan World Stroke Organization mengampanyekan metode “FAST” sebagai cara mudah mengenali gejala stroke secara cepat:

  • F (Face drooping) – Salah satu sisi wajah terlihat menurun atau sulit digerakkan.
  • A (Arm weakness) – Kesulitan mengangkat satu atau kedua lengan.
  • S (Speech difficulty) – Bicara pelo atau sulit dimengerti.
  • T (Time to call) – Waktu sangat krusial. Segera cari pertolongan medis.

Gejala-gejala ini sering kali muncul tiba-tiba. Penanganan dalam 3 jam pertama setelah gejala muncul sangat menentukan peluang kesembuhan pasien.

Hipertensi dan Gaya Hidup Buruk Jadi Pemicu Utama

Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa faktor risiko utama stroke di Indonesia antara lain:

  • Hipertensi
  • Kadar gula darah tinggi (diabetes)
  • Kolesterol tinggi
  • Merokok
  • Kebiasaan konsumsi alkohol
  • Kurang aktivitas fisik

Menurut WHO, hingga 80% kasus stroke sebenarnya bisa dicegah dengan perubahan gaya hidup sehat, termasuk mengatur pola makan, berhenti merokok, serta rutin berolahraga.

Sayangnya, kesadaran masyarakat masih rendah, terutama di kalangan usia muda.

“Stroke kini bukan lagi penyakit orang tua. Banyak pasien kami yang berusia di bawah 40 tahun,” ujar dr. Eka Setiawan, Sp.S, spesialis saraf dari RSUD dr. Soetomo, Surabaya.

Ia menambahkan bahwa deteksi dini, kontrol tekanan darah, serta pengelolaan stres merupakan langkah penting untuk menghindari risiko stroke di kemudian hari.

Mengingat angka kejadiannya yang terus meningkat, penting bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap stroke.

Deteksi dini dan perubahan gaya hidup dapat menjadi kunci utama dalam mencegah dampak jangka panjang penyakit ini.

Apabila Anda atau orang di sekitar mengalami gejala stroke, segera cari pertolongan medis. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang pemulihan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *