TRENSEHAT.ID – Sakit stroke itu bukan cuma soal serangan mendadak ke otak. Setelah kejadian utama, perjuangan justru baru dimulai.
Pasien harus menjalani pengobatan jangka panjang, dan di sinilah pentingnya tahu daftar obat sakit stroke serta efek sampingnya.
Sayangnya, masih banyak yang mengira cukup minum obat penurun darah tinggi saja, padahal pengobatan stroke itu kompleks dan disesuaikan dengan jenis serta tingkat kerusakan otaknya.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI dan WHO, sakit stroke adalah penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di Indonesia.
Pengobatan yang tepat bisa memperbesar peluang pemulihan dan mencegah stroke berulang. Tapi, tahu obatnya aja nggak cukup. Kita juga harus tahu efek sampingnya biar nggak kaget atau malah salah paham.
Jenis Obat Sakit Stroke yang Umum Digunakan
Berikut beberapa obat sakit stroke yang biasa diresepkan dokter:
- Aspirin
Obat ini berfungsi sebagai pengencer darah alias antiplatelet. Tujuannya adalah mencegah pembekuan darah baru yang bisa memicu stroke ulang.
Efek samping: iritasi lambung, perdarahan ringan, atau gangguan pencernaan. - Clopidogrel
Sama seperti aspirin, obat ini juga antiplatelet tapi lebih kuat. Biasanya diberikan jika pasien tidak cocok dengan aspirin.
Efek samping: mudah memar, nyeri dada, dan jarang tapi serius: pendarahan internal. - Statin (seperti Simvastatin atau Atorvastatin)
Obat ini dipakai untuk menurunkan kadar kolesterol. Kolesterol tinggi jadi salah satu biang kerok sakit stroke, jadi penting buat dikendalikan.
Efek samping: nyeri otot, gangguan hati, dan dalam kasus langka bisa menyebabkan kerusakan otot berat. - Antikoagulan (seperti Warfarin atau Apixaban)
Kalau pasien sakit stroke disebabkan oleh gangguan irama jantung (seperti atrial fibrilasi), dokter biasanya kasih obat ini untuk mencegah penggumpalan darah.
Efek samping: perdarahan serius, jadi harus rutin kontrol darah (INR). - Trombolitik (seperti Alteplase)
Obat ini hanya diberikan dalam 3–4,5 jam pertama setelah stroke iskemik terjadi. Fungsinya untuk melarutkan bekuan darah.
Efek samping: risiko tinggi perdarahan, jadi hanya digunakan di rumah sakit dengan pengawasan ketat.
Pengobatan Stroke Bukan Cuma Soal Obat
Selain konsumsi obat, pasien sakit stroke juga butuh terapi tambahan seperti fisioterapi, terapi wicara, dan rehabilitasi kognitif. Dr. Eka Wahjoepramono, ahli bedah saraf dari Siloam Hospitals, menyebut bahwa “terapi pasca-stroke itu ibarat latihan ulang untuk otak, agar bisa menemukan jalur baru menggantikan fungsi yang rusak.”
Jadi, jangan cuma fokus di obat ya. Pengobatan holistik, termasuk gaya hidup sehat, diet rendah garam, dan olahraga ringan—juga punya andil besar dalam pemulihan pasien sakit stroke.
Dan satu hal penting: semua penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter. Jangan pernah minum obat sakit stroke tanpa resep atau mengganti dosis sendiri karena bisa berisiko fatal.
Dengan memahami daftar obat sakit stroke dan efek sampingnya, kita jadi lebih siap dan bijak dalam menghadapi proses penyembuhan.
Yuk, bantu orang terdekat kita pulih lebih baik dengan edukasi dan dukungan yang tepat. (*)