TRENSEHAT.ID – Kamu mungkin pernah dengar istilah hujan asam, tapi pernahkah kamu bayangkan kalau dari langit juga bisa turun… plastik?
Ya, fenomena ini dikenal sebagai hujan microplastik, dan faktanya, para ilmuwan kini benar-benar menemukannya di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia!
Menurut penelitian Universitas Cornell dan Utah State University (2023), diperkirakan lebih dari 1.000 ton microplastik jatuh ke bumi setiap tahun lewat hujan di Amerika Serikat saja. Jumlah itu setara dengan miliaran partikel plastik super kecil yang tidak kasat mata.
Di Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menemukan bahwa air hujan di Jakarta mengandung 14–40 partikel microplastik per liter. Sebagian besar berasal dari bahan polyester dan polietilena — dua jenis plastik yang sering kita temui di pakaian dan kemasan makanan. Artinya, setiap kali hujan turun, bukan hanya air yang menyentuh tanah, tapi juga sisa-sisa gaya hidup plastik kita sendiri.
Tapi, bagaimana bisa plastik sampai turun dari langit?
Sederhananya, partikel plastik yang sangat kecil bisa terbawa angin dari tumpukan sampah, kendaraan, atau laut yang menguap. Saat partikel itu naik ke atmosfer, mereka “terjebak” di awan dan akhirnya turun bersama hujan. Itulah yang disebut hujan microplastik.
Sebuah studi di Nature Geoscience (2024) bahkan menemukan microplastik di puncak gunung Alpen dan di Kutub Utara. Jadi, nggak peduli sebersih apa pun tempatnya, langit kita ternyata sudah “terinfeksi” partikel plastik dari peradaban manusia modern.
Bahaya Tersembunyi: Dampak Hujan Microplastik bagi Kesehatan Manusia
Nah, ini bagian yang bikin banyak orang mulai waspada. Meski ukurannya sangat kecil, dampak hujan microplastik terhadap kesehatan ternyata bisa cukup besar.
Pertama, microplastik di udara bisa terhirup lewat sistem pernapasan. Studi dari European Respiratory Journal (2023) menemukan bahwa partikel microplastik bisa memicu peradangan paru-paru, stres oksidatif, dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan kronis seperti asma dan bronkitis.
Kedua, partikel dari hujan microplastik juga mencemari sumber air dan tanah. Saat air hujan masuk ke sungai dan tanah, microplastik bisa diserap tanaman, ikan, atau hewan lain yang akhirnya kita konsumsi. Menurut World Health Organization (WHO), manusia bisa menelan lebih dari 50.000 partikel microplastik per tahun lewat udara, air, dan makanan — tanpa sadar!
Yang lebih mengkhawatirkan, partikel plastik ini sering membawa zat kimia berbahaya seperti Bisphenol A (BPA) dan phthalate. Dua bahan ini dikenal sebagai endocrine disruptors, alias pengganggu hormon, yang dapat memengaruhi kesuburan, metabolisme, bahkan risiko kanker.
Dan meskipun penelitian tentang hujan microplastik masih berkembang, para ilmuwan sudah sepakat bahwa ini bukan hal sepele. Efek jangka panjangnya pada tubuh manusia memang belum sepenuhnya terungkap, tapi bukti awal sudah cukup untuk bikin kita lebih hati-hati.
Cara Sederhana Mengurangi Risiko Paparan Hujan Microplastik
Tenang dulu, bukan berarti kamu harus takut keluar rumah waktu hujan! Tapi, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi paparan hujan microplastik dan ikut menjaga lingkungan:
- Kurangi plastik sekali pakai. Ganti botol dan kantong plastik dengan versi reusable.
- Gunakan kantong filter saat mencuci pakaian sintetis. Serat mikro dari baju bisa jadi penyumbang microplastik di udara.
- Pasang filter udara dan air di rumah. Ini bisa menyaring partikel halus sebelum kamu hirup atau minum.
- Dukung kebijakan pengurangan plastik. Isu global ini butuh gerakan kolektif, bukan cuma individu.
Langit Kita Tak Lagi Sama
Fenomena hujan microplastik adalah alarm nyata dari bumi bahwa polusi plastik sudah menyentuh setiap lapisan kehidupan — bahkan langit yang dulu kita anggap paling “murni”. Setiap tetes hujan membawa pesan penting: apa yang kita buang, suatu saat akan kembali, entah lewat laut… atau dari langit.
Jadi mulai sekarang, yuk, ubah cara kita memperlakukan plastik. Karena kesehatan kita, keluarga, dan generasi berikutnya bergantung pada setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini. (*)












